BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Pendidikan adalah daya upaya untuk
memajukan budi pekerti ( karakter, kekuatan batin), pikiran (intellect) dan
jasmani anak-anak selaras dengan alam dan masyarakatnya (Ki Hajar Dewantara :
1889 – 1959). Dalam Kamus Bahasa Indonesia, (1991:232) tentang Pengertian
Pendidikan, yang berasal dari kata “didik”, Lalu kata ini mendapat awalan kata
“me” sehingga menjadi “mendidik” artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam
memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntutan dan pimpinan
mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.
Menurut Undang – undang Sistem
Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003, bahwa Pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Dengan demikian, pendidikan seharusnya
memberikan sebuah pengalaman yang membawa dampak perubahan positif baik lahir
maupun batin melalui serangkaian kegiatan yang disesuaikan dengan tingkatan
usia dengan mengedepankan proses pembelajaran yang efektif dan menyenangkan.
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di
Sekolah Dasar merupakan hal yang sangat penting untuk dipelajari siswa karena
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja
tetapi juga merupakan suatu proses penemuan konsep dan keterampilan.Pendidikan
IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta
didik utuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Mengembangkan rasa ingin
tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling
mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi. Keterampilan proses IPA memilki
peran penting dalam perkembangan sikap ilmiah, dan intelektual pesrta didik.
Melalui keterampilan proses siswa dapat membiasakan diri bersikap dan bekerja
secara ilmiah yang pada akhirnya akan terbiasa dapat memecahkan permasalahan
secara ilmiah.
Belajar IPA mutlak harus dilakukan
peserta didik sejak dini, untuk membekali peserta didik dengan kemampuan,
berfikir logis, analitis, sistematis, kritis, kerja ilmiah, bersikap ilmiah dan
kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan, agar
peserta didik dapat memilki kemampuan meneliti, memperoleh, mengelola,
memanfaatkan informasi dan teknologi untuk bertahan hidup pada keadaanyang
selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.
Kenyataan dilapangan khususnya di SDN
Sukapura III pada pembelajaran IPA kelas IV, proses pembelajaran belum maksimal
sesuai dengan harapan kurikulum. Kondisi yang terjadi pada proses pembelajaran
IPA antara lain :
1. Konsentrasi siswa rendah
2. Sebagian besar siswa tidak berani
mengajukan pertanyaan,
3. Hasil belajar siswa rendah
Kondisi tersebut terjadi akibat dari
peran guru dalam pembelajaran masih bersifat konvensional, aktifitas
pembelajaran masih didominasi baca, duduk, catat, hapal. Akibatnya hasil
belajar sebagian peserta didik kelas IV dalam pembelajaran IPA belum dapat
mendeskripsikan panca indera dan fungsinya sesuai dengan apa yang diharapkan.
Berdasarkan permasalahan diatas, saya
mencoba menerapkan Model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) /
Pembelajaran Berdasarkan Masalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada
mata pelajaran IPA dikelas IV SDN Sukapura III Kecamatan Rawamerta Kabupaten
Karawang.
B.
Identifikasi
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah
diatas, maka ditemukan beberapa masalah, yaitu :
1.
Konsentrasi
siswa rendah
2.
Sebagian
besar siswa tidak berani mengajukan pertanyaan,
3.
Hasil
belajar siswa rendah
C.
Batasan
Masalah
Dengan teridentifikasi permasalahan
tersebut di atas maka perbaikan pembelajaran akan kami fokuskan pada
permasalahan yaitu hasil belajar siswa rendah
D.
Rumusan
Masalah
Untuk mengatasi permasalahan tersebut
maka saya merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah penerapan Model
pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) / Pembelajaran Berdasarkan Masalah
dapat meningkatkan konsentrasi siswa pada mata pelajaran IPA dikelas IV SDN
Sukapura III Kecamatan Rawamerta Kabupaten Karawang?
2. Apakah penerapan Model pembelajaran
Problem Based Instruction (PBI) / Pembelajaran Berdasarkan Masalah dapat
meningkatkan siswa untuk berani bertanya pada mata pelajaran IPA dikelas IV SDN
Sukapura III Kecamatan Rawamerta Kabupaten Karawang?
3. Apakah penerapan Model pembelajaran
Problem Based Instruction (PBI) / Pembelajaran Berdasarkan Masalah dapat meningkatkan
hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA dikelas IV SDN Sukapura III
Kecamatan Rawamerta Kabupaten Karawang?
E.
Tujuan
dan Manfaat
1.
Tujuan
a.
Meningkatkan
kemampuan guru merencanakan pembelajaran penerapan pendekatan keterampilan
proses untuk meningkatkan kemampuan siswa mendeskripsikan struktur panca indera
dengan fungsinya.
b.
Meningkatkan
kemampuan siswa mendeskripsikan struktur panca indera dengan fungsinya melalui
penetapan pendekatan keterampilan proses.
c.
Meningkatkan
kemampuan siswa mendeskripsikan struktur panca indera dengan fungsinya melalui
penerapan pendekatan keterampilan proses.
F.
Manfaat
Penelitian Pembelajaran
1. Bagi Guru
a.
Manfaat
penelitian ini bagi guru adalah menambah wawasan berpikir dan bertindak dalam
mengatasi kesulitan menanamkan pemahaman, pengertian dan sikap terhadap siswa
yang menemukan kesulitan dalam belajar
b.
Memperbaiki
kinerja yang dianggap kurang optimal
c.
Merfleksi
diri dalam peningkatan kinerja atas kelebihan dan kekurangan dalam pengelolaan
pembelajaran
2. Bagi Siswa
a.
Manfaat
penelitian ini bagi siswa menambah wawasan berpikir, untuk meningkatkan
kemampuan.
b.
Meningkatkan
pola kerja sama, berkomunikasi secara ilmiah, meningkatkan kreativitas
berfikir.
c.
Terbiasa
menemukan pemecahan masalah secara sederhana dalam kehidupan sehari-hari.
3. Bagi Sekolah
Manfaat bagi lembaga adalah sekolah
dasar selain sebagai lembaga pendidikan juga merupakan lembaga penelitian yang
senantiasa terus menerus melakukan inovasi/mengadakan perubahan kearah yang
lebih dari hasil penelitian.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Hasil
Belajar
Hasil belajar adalah adalah kemampuan
yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajaranya (Sudjana,
1990:22). Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama
yaitu :
1. Faktor dari dalam diri siswa, meliputi
kemampuan yang dimilikinya, motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan
kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.
2. Faktor yang datang dari luar diri siswa atau
faktor lingkungan, terutama kualitas pengajaran.
Dari pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar adalah Suatu kemampuan atau keterampilan yang
dimiliki oleh siswa setelah siswa tersebut mengalami aktivitas belajar.
B.
Model
Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction)
Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
(Problem Based Instruction) menurut Jhon Dewey (dalam Sudjana 2001:19) adalah
Interaksi antara stimulus dengan respons, merupakan hubungan antara dua arah
belajar dengan lingkungan. Lingkungan memberi masukan kepada siswa berupa
bantuan dan masalah sedangkan sistem saraf dan otak berfungsi menafsirkan
bantuan itu dengan efektif sehingga yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai,
dianalisis serta dicari pemecahan masalahnya dengan baik.
Problem-based instruction adalah model
pembelajaran yang berlandaskan paham konstruktivistik yang mengakomodasi
keterlibatan siswa dalam belajar dan pemecahan masalah otentik (Arends et al.,
2001). Dalam pemerolehan informasi dan pengembangan pemahaman tentang
topik-topik, siswa belajar bagaimana mengkonstruksi kerangka masalah,
mengorganisasikan dan menginvestigasi masalah, mengumpulkan dan menganalisis
data, menyusun fakta, mengkonstruksi argumentasi mengenai pemecahan masalah,
bekerja secara individual atau kolaborasi dalam pemecahan masalah.
Peranan guru sebagai pembimbing dan
negosiator. Peran-peran tersebut dapat ditampilkan secara lisan selama proses
pendefinisian dan pengklarifikasian masalah.
Sarana pendukung model pembelajaran
ini adalah lembaran kerja siswa, bahan ajar, panduan bahan ajar untuk siswa dan
untuk guru, artikel, jurnal, kliping, peralatan demonstrasi atau eksperimen
yang sesuai, model analogi, meja dan kursi yang mudah dimobilisasi atau ruangan
kelas yang sudah ditata untuk itu.
Kelebihan:
a. Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar
sehingga pengetahuannya benar-benar diserapnya dengan baik.
b. Dilatih untuk dapat bekerjasama dengan
siswa lain.
c. Dapat memperoleh dari berbagai sumber.
Kekurangan:
a. Untuk siswa yang malas, tujuan dari
metode tersebut tidak dapat tercapai.
b. Membutuhkan banyak waktu dan dana.
c. Tidak semua mata pelajaran dapat
diterapkan dengan metode ini.
Adapun langkah-langkah dalam Model
Problem Based Introduction (PBI) adalah sebagai berikut :
a. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.
Menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas
pmecahan masalah yang dipilih
b. Guru membantu siswa mendefenisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
(menetapkan topik, tugas, jadwal, dll)
c. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan
informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah
d. Guru membantu siswa dalam merencanakan
menyiapkan karya yang sesuai dengan laporan dan membantu mereka berbagi tugas
dengan temannya
e. Guru membantu siswa untuk melakukan
refleksi atau evaluasi terhadap pendidikan mereka dan proses-proses yang mereka
gunakan.
C.
Kerangka
Berfikir
Hasil belajar adalah Suatu kemampuan
atau keterampilan yang dimiliki oleh siswa setelah siswa tersebut mengalami
aktivitas belajar. Hasil belajar bisa meningkat apabila menggunakan Model
Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem based instruction).
Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
(Problem based instruction) adalah model pembelajaran yang memfokuskan
proses/kegiatan pembelajaran berdasarkan pengalaman langsung dengan masalah
melalui keterlibatan siswa.
Berdasarkan kerangka berfikir tersebut
diatas, diduga Model Pembelajaran berdasarkan Masalah (Problem Based
Instruction) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA di
kelas IV SDN Sukapura III Kecamatan Rawamerta Kabupaten Karawang.
D.
Hipotesis
Tindakan
Proses pembelajaran pada mata
pelajaran IPA dikelas IV apabila menggunakan model Pembelajaran berdasarkan
Masalah (Problem Based Instruction) diduga dapat meningkatkan hasil belajar
siswa, karena Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Pbi) mendahulukan prinsip
belajar aktif, menyenangkan dan akan menggali kemampuan siswa melalui
pengalaman langsung dalam memecahkan permasalahan yang ada. Sehingga Model
Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Pbi) akan mampu meningkatkan hasil belajar
siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV di SDN Sukapura III Kecamatan Rawamerta
Kabupaten Karawang.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Setting
Penelitian
1.
Waktu
Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2012, karena
pada bulan tersebut sesuai dengan materi yang diteliti.
2.
Tempat
Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Sukapura III Kecamatan
Rawamerta kabupaten Karawang.
B.
Subjek
Penelitian
Subjek penelitian pada penelitian
tindakan kelas ini adalah seluruh siswa kelas IV yang berjumlah 28 orang siswa
terdiri dari 13 orang siswa laki – laki dan 15 orang siswa perempuan. Data
siswa yang diambil berupa tes hasil belajar, keaktifan siswa dan interaksi antara
guru dengan siswa dalam proses pembelajaran.
C.
Sumber
Data
Sumber data yang diambil adalah
seluruh siswa kelas IV SDN Sukapura III Kecamatan Rawamerta Kabupaten Karawang.
D.
Teknik
dan alat pengumpulan data
1.
Teknik
pengumpulan data
Teknik yang dilaksanakan dalam pengumpulan data dilakukan
dengan cara :
-
Tes
-
Observasi
2.
Alat
pengumpulan data
Alat
yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu :
-
lembaran kerja siswa
-
bahan ajar
-
panduan bahan ajar untuk siswa dan untuk guru
-
artikel
-
kliping
-
peralatan demonstrasi atau eksperimen yang sesuai
E.
Validitas
Data
1. Untuk memperoleh data dari hasil
belajar siswa yang absah (valid) proses mpembelajaran dilakukan dengan
menggunakan metode penelitian, diskusi kelompok dan tanya jawab dengan menitik
beratkan pada kreatifitas siswa dalam pemecahan sebuah masalah.
2. Untuk memperoleh data yang valid
diperlukan adanya instrument test yang memuat soal untuk mengukur penguasaan
siswa dalam mendeskripsikan struktur panca indera dengan fungsinya.
F.
Analisis
Data
1. Hasil belajar siswa dianalisa dengan
analisa Deskriptif Komperatif yaitu dengan membandingkan nilai test antar
siklus dengan indikator kinerja.
2. Hasil observasi dianalisa dengan
analisis Deskriptif.
G.
Indikator
Kinerja
Dalam penelitian ini indikator kinerja
berupa nilai rata - rata naik dari 60,25 menjadi 70,00.
H.
Prosedur
Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini
dilakukan melalui tiga siklus secara berkelanjutan. Setiap siklus dilakukan
perencanaan, pelaksanaan, refleksi dan evaluasi untuk mengetahui efektifitas
tindakan.
BAB IV
HAIL PENELITIAN
Selanjutnya
pada bab ini, peneliti akan membahas enam permasalahan pokok yaitu A mambahas
gambaran umum SD sasaran meliputi : (1) faktor peserta didik; (2) factor pendidik (3) faktor sumber balajar
; (4) faktor fasilitas ; (5) factor media pembelajaran (6) sikap kepala sekolah
dan guru bagian B, kondisi awal pembalajaran C, membahas pelaksanaan tindakan
pertama dan kedua. Sedangkan D, membahas hasil penelitian dan persepsi siswa
terhadap penerapan metode diskusi dalam pembelajaran
A.
Gambaran
Umum SDN Sukapura III Kecamatan Rawamerta
Kabupaten Karawang
1. Faktor peserta dididk
Gambaran
umum karakteristik siswa dipokuskan kepada tiga hal yaitu: jenis kelamin,l
kondisi siswa berdasrkan kecerdasan dan keseriusan siswa dalam mengikuti
pelejaran . ketiga hal di atas mempunyai kerkaitan dalam mencapi suatu keberhasilan pembelajaran
Jumlah
peseta didik kelas IV
SDN Sukapura
III adalah 32 orang,
terdiri dari 19 siswa laki-laki 15 siswa perempuan dapat dilihat pada tabel berikut :
Keadaan
siswa kelas V SDN Sukapura III
No
|
Jenis Kelamin
|
Jumlah
|
Prosentase
|
Ket
|
1
|
Laki-laki
|
19
|
44%
|
|
2
|
perempuan
|
15
|
56%
|
|
jumlah
|
34
|
100%
|
|
Tabel 1.1 Keadaan siswa kelas V SDN Sukapura III
Kondisi
siswa berdasarkan kecerdasan atau peringkat
No
|
Kelompok
|
Jumlah
|
Prosentase
|
Ket
|
1
|
Pandai
|
10
|
%
|
|
2
|
sedang
|
10
|
%
|
|
3
|
kurang
|
14
|
%
|
|
jumlah
|
34
|
100%
|
|
Tabel 1.2 Kondisi siswa berdasarkan
kecerdasan atau peringkat
Keadaan
siswa menurut tabel di atas menunjukan bahwa kondisi siswa sangat jauh dari harapan
atau kondisi ideal dalam pencapaian kumulatif fassing grade keberhasialan
belajar. Dari pesrta didik itu terdapat
14 siswa (40%) yang tergolong lambat atau kurang.
Kondisi
siwa dalam keseriusan dalam mengikutu pelajaran:
No
|
Jenis Kelamin
|
Jumlah
|
Prosentase
|
Ket
|
1
|
Serius
|
10
|
|
|
2
|
Tidak serius
|
24
|
|
|
jumlah
|
34
|
100%
|
|
Tabel 1.3 Kondisi siwa dalam keseriusan
dalam mengikutu pelajaran
Berdasarkan
pengamatan penelitian di hasilkan 22 siswa (71%) tidak
mengikuti pembelajaran dengan sungguh-sungguh. Hal ini di sebabkan oleh (1)
tidak dapat berkonsentrasi penuh dalam menerima pelajaran (2) mencari perhatian
guru dan teman (3) masih sering bermain dan ngobrol (4) kadang kala sering di
ganggu teman nya (5) menganggap enteng pelajran. Faktor lain mungkin karena
guru kuranng menguasai sepenuhnya materi sehingga terpaku kepada buku latihan
dalam pengetesan soal-soal sehingga pola pikir anak cenderung parsial dan tidak
berkembang.
Keterlibatan
dan aktivitas peserta didik masih kurang terbina dengan baik,seperti masih
banyak peserta didik yang ribut, menjawab asal bunyi, menjawab pertanyaan
secara serentak namun semauanya masih
dapat di arahkan dengan nasehat dan contoh serta pengertian guru. secara umum
peserta didik dapat memanfaatkan waktu belajar dengan baik mesipun terkadang
ribut, tetapi masih dalam batas yang wajar.
2. Faktor
Pendidik
Guru
kelas VI dalam hal ini juga berperan sebagai peneliti, selain sebagai guru
kelas yang berlatar belakang SMA (2000)
dan D2 PGSD (2003) dan S1 PGSD UPI Bandung (2009) peneliti mulai mengajar tahun
2000 sampai sekarang. Selama bertugas peneliti mengaplikasikan semua pengalaman
dan keilmuan yang di peroleh di bangku kuliah termasuk penerapan metode
demontrasi dalam pembelajaran IPA dengan alasan seperti yang sudah di jelaskan
pada bab-bab sebelumnya.
Dengan
demikian peneliti sekaligus guru kelas dapat memahami apa yang terjadi dalam
pembelajaran IPA khususnya kesulitan-kesulitan dalam menyelesaikan
soal-soal dan penerapan IPA.
Pengajaran melalui
metoda demontrasi mengiring siswa ke arah pemahaman yang sebenernya, dengan
membawa siswa ke suatu medan yang
sebernarnya mungkin siswa dapat menemukan pemacahan dan berdampak pada
penguasaan masalah atau materi. Dengan penerapan metode demontrasi dapat terhindar
dari pemahaman dangkal dan verbalisme, sebaikbnya siswa dapat belajar
penuh antusias dan menyenangi pelajaran
IPA sehingga tidak terasa membosankan.
3. Faktor
Sumber Belajar
Keterbatasan sumber belajar terutama buku
yang sering digunakan adalah buku IPA SD karangan Asy’ari,dkk, yang diterbitkan
oleh PT Erlangga,Surati dan Eko Setiawan S, penerbit departemen pendidikan Nasional
dan LKS sanggih. Buku tersebut di ajukan untuk dimiliki oleh setiap peserta
didik dengan maksud untuk memudahkan dalam pemberian tugas. Sedangkan buku-buku
lain juga di jadikan tambahan dalam mengembangkan materi pembelajaran.
Peneliti sekaligus guru kelas menyadari bahwa
penggunaan sumber belajar berkaitan dengan kontens, masih sangat terbatas.
Mengingat pada umumnya buku-buku tersebut tidak membuat soal-soal yang
mengandung masalah, sehingga guru kelas harus mencari sendiri dari kumpulan
soal atau menyun sendiri yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Hal ini
merupakan kendala yang perlu dicarikan jalan keluarnya.
4. Faktor
Fasiltas Sekolah
Pada umumnya fasilitas yang tersedia untuk
berlangsungnya proses pembelajarandalam kondisi sekarang dengan jumlah siswa
yang semakin meningkat sudah kurang ,memadai untuk proses pembelajaran yang
ideal
SDN Sukapura III berada di perumahan sandang dengan local tujuh
local kelas yang seharus nya lebih dari sepuluh local kelas karena SDN Rawamerta
memiliki dua belas rombongan belajar,
dengan kurangnya gedung menjadikan proses pembelajaran di SDN Sukapura III kurarang optimal sebagai mana layak pembelajarannya
dalam arti sebernaya
5. Faktor
Media Pembelajaran
Media pembelajaran yang tersedia dalam
pembelajran IPA kelas sasaran penelitian
sangat terbatas, bahkan belum ada media secara khusus dapat menunjanng
proses pembelajaran, terutama yang bersangkutan dengan pembelajaran IPA. Dengan
kenyataan ini peneliti sebagai guru kelas berusaha semaksimal mungkin untuk
dapat menyampaikan materi dengan harapan hasil baik, dengan salah satu jalan
mencoba menerapkan metode demontrasi sebagai solusi dalam pengkajian
mpermasalahan pembalajaran di atas.
6. Sikap
Kepala Sekolah dan Guru
Sikap pihak sekolah hal ini kepala sekolah
dan rekan guru sangat mendukung pelaksanaan penelitian ini. Mereka proaktif
dalam membatu dan memfasilitasi mulai dari tahap perencanaan sampai pada tahap
akhir penelitian. Disamping itu penelitian ini disarankan banyak membantu dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran, studi komperatif, memberi motifasi kepada
guru untuk melanjutkan studi, pendidikan dan pelatihan yang ada kaitannya mutu
pembelajaran di SDN SukapuraIII
Kecamatan Rawamerta Kabupaten Karawang.
B.
Kondisi
Awal Pembelajaran
Dalam hasil belajar siswa pada kondisi awal pembelajaran IPA tentang organ tubuh manusia dilaksanakan pada :
NO
|
NAMA SISWA
|
NILAI
|
KET
|
1
|
Aang
Kunaevi
|
40
|
Data awal
Tingkat keberhasilan
Nilai 60-100
16/34x100
|
2
|
Agung Firmansyah
|
60
|
|
3
|
Angraeni
|
60
|
|
4
|
Bambang Pamungkas
|
50
|
|
5
|
Bima Sakti
|
60
|
|
6
|
Citra Sulistia
|
70
|
|
7
|
Dini Aminarti
|
30
|
|
8
|
Doni Kusuma
|
50
|
|
9
|
Endah Pertiwi
|
80
|
|
10
|
Eti Suharti
|
70
|
|
11
|
Euis Kartika
|
30
|
|
12
|
Fatimah
|
50
|
|
13
|
Fachrul
|
50
|
|
14
|
Fitria safitri
|
60
|
|
15
|
Gayus tambalan
|
70
|
|
16
|
Gilang galing
|
80
|
|
17
|
Gugun gunawan
|
60
|
|
18
|
Hasanudin
|
60
|
|
19
|
Hilda hasanah
|
50
|
|
20
|
Ina sintia
|
50
|
|
21
|
Ira lesmana
|
70
|
|
22
|
Ismail
|
100
|
|
23
|
Jajang
|
50
|
|
24
|
Jejen
|
30
|
|
25
|
Karwan
|
50
|
|
26
|
Leni yani
|
50
|
|
27
|
Lukman Ependi
|
50
|
|
28
|
Markus horison
|
60
|
|
29
|
Maman abdul
|
50
|
|
30
|
Olivia
|
50
|
|
31
|
Sarah samita
|
40
|
|
32
|
Siti khodizah
|
70
|
|
33
|
Royadi
|
60
|
|
34
|
Vermansyah
|
50
|
|
JUMLAH
|
1910
|
||
RATA-RATA
|
56,2
|
Tabel 2.1 Nama dan nilai
siwa 1
hasil pemerolehan di atas menunjukan betapa
rendahnya kemampuan siswa dalam menerima materi pelajaran IPA pada Khususnya
dan materi lain pada umumnya . berdasarkan hasil analisis pada tehadap jawaban
siswa dapat di simpulkan sebagai berikut
1. Siswa
kurang konsentrasi dalam mengikuti pembelajaran
2. Siswa
malu bertanaya dalam memahami materi
Dari hasil tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pada
umumnya focus utama kurang berhasil siswa dalam belajar adalah kurang
keterkaitan siswa dalam belajar IPA. Oleh karena itu penulis menerapkan metode
demontrasi dengan harapan dapat meningkatkan
minat kretivitas siswa dalam pembelajaran IPA.
C. Penerapan Pendekatan Kontekstual Dalam
Pembelajaran IPA
1. Pelaksanaan
Siklus Kesatu
a. Perencanaan
Kegiatan
perencaan diawali dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut: 1) merumuskan
tujuan; 2) menentukan konsep yang akan di gunakan 3) Membagi kelompok.
1) Perumusan
masalah atau tujuan yang hendak di capai
Ada beberapa kegiatan yang dilakukan
peneliti pada tahap ini, yaitu (1) menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), (2) menyampaikan bahan pembelajaran,(3) menyampaikan media pembelajaran
yang diperlukan yang berupa contoh patung
manusia, (4) menyampaikan instrumen penelitian
yang di perlukan untuk melakukan penelitian tindakan kelas.instrumen penelitian
yang yang perlu disiapkan yaitu kuesioner untuk siswa sebelum pelaksanaan
penelitian , lembar observasi guru oleh kolabulator,daftar pertanyaan wawancara
untuk siswa serta kuesiner untuk siswa setelah peleksaan pembelajaran pada siklus
1. Instrumen pengambilan data yang berupa rencana pelaksanna pembelajran(RPP)
sudah tersedia dengan baik. Instrumen lain yang berupa media pembelajran untuk
mempermudah pemehaman siswa terhadap materi pembelajara yang disampaikan guru
sudah tersedia. Selain itu lembar observasi hasil kerja siswa, pedoman
penilaian, kesesuaian penilaian dengan unsur yang dinialai dan dokumentasi
semua sudah tersedia dan siap dimaanfaatkan oleh guru sesuai dengan kebutuhan
yang diperlukan. Guru diharapkan memperoleh data secara optimal dengan
menggunakan instrumen tersebut.
b. Pelaksanaan
Tindakan
Pelaksanaan pembelajaran siklus pertama dilaksanakan hari
rabu, tanggal 11 februari 2012 . pembelajran dimulai dengan mengajak siswa
bernyanyi dan mengajak apresisai dan memberiakna pertanyaan yang mengarah pada
organ tubuh manusia yang berdasarkan
pengalam siswa , yaitu guru mempertanyakan : bagai mana ciri tubuh yang sehat.?
Apa yang harus dilakuan agar tubuh kita sehat ? apa akibat dari tubuh yang
tidak sehat ? dari pertanyaan tersebut banyak antusias siswa yang menjawab dan
ada juga yang bingung untuk memberiakan jawabannya. Seterusnya siswa diberiakn
kesempatan untuk bertanya dan memberikan tanggapan. Setelah itu siswa diberikan
tugas secra kelompok untuk menentukan konsep atau masalah yang akan dipecahkan
oleh siswa secara kelompok. Pembetukan kelompok ditentukan dengan jumlah siswa
setiap kelompok terdiri 8 orang, siswa laki-laki dan peremuan disatukan jadi dari jumlah 34 orang terbentuk 4
kelompok, setiap kelompok diberikan kesempatan menetukan mana kelompoknya
dengan di undi terlabih dahulu, nama
kelompok di beri nama sesuai dengan organ tubuh yang ada dalam materi,
masing-masing kelompok di beri LKS sebagai acuan pemecahan masalah. Siswa
melakukan diskusi kelompok. Masing-masing
kelompok melaporkan hasil diskusi di depan kelas.
c. Obsrevasi
Observasi yang dilakukan terdiri dari dua hal
yaitu observasi kegiantan guru dalam melaksanakan pembelajaran yang dilakukan
oleh teman sejawat secra kolaboratif, dan observasi kegiatan siswa yang dilakan
guru sebagai peneliti. Observsi dilaksanakan dengan berpedoman terhadap lembar
observasi yang telah disiapkan sebelumnya.
Observasi
atau pengamatan di arahkan kepada upaya mengetahui sejauh mana fartisifasi dan
motivasi siswa dalam pembelajaran IPA dan penerapan tentang teori yang sudah di
dapatnya.
Sedangkan
untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan
dilaksanakan penilaian atau evaluasi
pada saat proses dan pada akhir pembelajaran berupa penilaian hasil kerja
kelompok dan menjawab item-item soal post test (terlampir).
d. Repleksi
Siklus Pertama
Berdasarkan
hasil observasi pada proses pembelajran siklus pertama, pelaksanaan kerja
kelompok dan penerapan metode diskusi belum dapat berjalan secara optimal. Hal
ini terlihat dalam pengerjaan Lember Kerja Siswa (LKS) Masih ada kelompok yang
bekerja secara individual, ada yang pasif dan ada yang ,main-main. Hal ini
menunjukan belum tentram rasa keingintahuan atau antusiasme siwa dan belum
tentramnya sifat kerja sama antar anggota kelompok.
Sedangkan
dari hasil analisis evakuasi akhir pada siklus pertama menunjukan bahwa
pemahaman siswa tentang apa yang harus dilakukan di tempat observasi. Hal ini di sebabkan
siswa kurangserius dalam mengikuti pembelajaran.
Nilai hasil belajar siwa siklus pertama
NO
|
NAMA SISWA
|
NILAI
|
KET
|
1
|
Aang
Kunaevi
|
70
|
Data
awal
Tingkat keberhasilan
Nilai 60-100
16/34x100
|
2
|
Agung Firmansyah
|
100
|
|
3
|
Angraeni
|
80
|
|
4
|
Bambang Pamungkas
|
75
|
|
5
|
Bima Sakti
|
80
|
|
6
|
Citra Sulistia
|
80
|
|
7
|
Dini Aminarti
|
70
|
|
8
|
Doni Kusuma
|
90
|
|
9
|
Endah Pertiwi
|
100
|
|
10
|
Eti Suharti
|
80
|
|
11
|
Euis Kartika
|
80
|
|
12
|
Fatimah
|
80
|
|
13
|
Fachrul
|
70
|
|
14
|
Fitria safitri
|
80
|
|
15
|
Gayus tambalan
|
100
|
|
16
|
Gilang galing
|
100
|
|
17
|
Gugun gunawan
|
90
|
|
18
|
Hasanudin
|
90
|
|
19
|
Hilda hasanah
|
70
|
|
20
|
Ina sintia
|
80
|
|
21
|
Ira lesmana
|
90
|
|
22
|
Ismail
|
100
|
|
23
|
Jajang
|
80
|
|
24
|
Jejen
|
70
|
|
25
|
Karwan
|
80
|
|
26
|
Leni yani
|
90
|
|
27
|
Lukman Ependi
|
70
|
|
28
|
Markus horison
|
80
|
|
29
|
Maman abdul
|
80
|
|
30
|
Olivia
|
75
|
|
31
|
Sarah samita
|
80
|
|
32
|
Siti khodizah
|
100
|
|
33
|
Royadi
|
80
|
|
34
|
Vermansyah
|
85
|
|
JUMLAH
|
2825
|
||
RATA-RATA
|
83,088
|
Tabel 2.2 Nama dan nilai siwa siklus
pertama
Obsrvasi kegiatan guru dalam siklus kesatu
N0
|
KEGIATAN
|
4
|
3
|
2
|
1
|
1
|
Apresiasi
|
|
v
|
|
|
2
|
Penjelasn materi
|
|
v
|
|
|
3
|
Penjelasan metode
|
|
v
|
|
|
4
|
Teknik pembeajaran
|
v
|
|
|
|
5
|
Pengelolaan kelas
|
v
|
|
|
|
6
|
Pemberian pertanyaan atau kuis
|
|
v
|
|
|
7
|
Kemampuan melakukan evalusi
|
|
v
|
|
|
8
|
Melakukan penghargaan individu
|
|
v
|
|
|
9
|
Menentukan nilai individu
|
|
v
|
|
|
10
|
Menyimpulkan meteri pembelajaran
|
|
|
v
|
|
11
|
Menutup pembelajran
|
|
v
|
|
|
Tabel 3.1 Obsrvasi
kegiatan guru dalam siklus kesatu
Peningkatan mencapai 77,27 %
e. Saran
perbaikan siklus pertama
Mengacu pada hasil temuan pada siklus pertama
ini, langkah selanjutnya adalah melakukan revisi untuk meminimalisir kekurangan-kekurangan
yang ada. Oleh karena itu revisi yang harus dilakukan pada siklus kedua antara
lain : (1) menjelas tugas yang harus dilakukan siswa ketika melakukan diskusi
(2) mengarahkan siswa dalam pelaksanaan penggunaan LKS dalam kegiatan pemecahan
masalah (3) memberikan pengertian kepada siswa tentang makna belajar secara
kelompok (4) memberikan arahan tentang pentingnya kerja kelompok dan mengadakan
perbaikan dalam pembentukan kelompok.
1. Pelaksanaan
siklus kedua
A. Perencanaan
Dalam
tahap perencaan siklus kedua di awali dengan merumuskan beberapa permasalahan
dan mengubah anggota kolompok. Berdasarkan hasil analisis, refleksi dan
perbaikan pembelajaran di siklus kesatu yang harus diperhatikan oleh siswa
antara lain :
1. Memahami
bagai mana cara menjaga tubuh agar organ
tubuh tetap sehat
2. Mengidentifikasi
ciri tubuh yang sehat dan ciri yang tidak sehat
3. Mengarahkan
siswa dalam pelaksanaan diskusi
4. Memberikan
arahan tentang pentingnya meneliti
5. Memahami
penerapan teori yang didapat dalam kehidupan yang sebenarnya
B. Pelaksaan
tindakan siklus kedua
Pelaksaan siklus kedua dilaksanakan hari
kamis tanggal 20 januari tahun 2012. Tahap pelaksaan siklus kedua ini sama
seperti siklus sebelumnya mengajak siswa untuk bernyanyi namun tidak hanya
dengan menyanyi tapi juyga dengan gerakan atau senam dan dilanjutkan dengan
apresiasi dengan mengajukan beberapa pertanyaan seperti : bagai mana cara
menjaga tubuh yang sehat ? apakah kalian tahu apa arti kerjasama? Apa saja
manfaat dari kerjasama ? dari pertanyaan tersebut siswa antusias menjawab dan ada juga yang
kebingungan untuk melanturkan pertanyaan.
Dan selanjutnya siswa di berikan kesempatan
untuk bertanya selanjutnya guru menjelaskan kompetensi yang harus di capai
siswa dalam pembelajaran tentang kerjasama. Siswa di bagi kelompok menjadi 4
orang dalam satu kelompok dan setiap kelompok di bagi tugas untuk melakukan
kegiatan kerjasama atau gotong royong sperti kelompok 1. Membersihkan ruang
kelas tiga kelompok, 2. Membersihkan halaman dapan kelas tiga,, kelompok 3
halaman sekolah dan kelompok 4. Membersihkan halaman kantin sekolah. Setelah
melakukan kerja sama siswa mendiskusikan manfaat kerja sama.
C. Observasi
Observasi atau pengamatan pada pelaksanaan
siklus kedua ini seperti pada siklus sebelumnya dilaksanakan secara kolaboratif
antara guru atau peneliti dan observer yang terdiri atas dua orang. Pengamatan
ini diarahkan peneliti dan subjek penelitian. Hasilnya dinyatakan bahwa
peneliti telah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana yang ditetapkan.
Selain itu berusaha menciptakan suasan apembelajaran yang kondusif.
Sedangkan pengamatan terhadap subjek
penelitian dinyatakan bahwa peserta didik sudah menempatkan antusiasme dan
motivasi yang tinggi. Hal ini tampak dari keberanian untuk bertanya dan mengemukakan pendapat baik terhapap guru
maupun siswa lainnya.
Sedangkan untuk mengetahui tinggkat pemahaman
siswa terhadap materi yang diajarkan diadakan penilaian atau evaluasi pada saat
proses dan pada akhir pembelajaran berupa penilaian hasil kerja kelompok dan
jawaban item-item post test (terlampir).
Pada evaluasi ini siswa serius dalam mengerjakaan soal-soal yang di berikan.
D. Refleksi
Siklus Kedua
Berdasarkan hasil analisis pekerjaan siswa
pada siklus kedua ini, pada umumnya hasil belajar yang di peroleh siswa
menunjukan adanya peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini dapat kita
bandingkan dari skor post test pada siklus kesatu, sedangkan post test kedua.
Hasil prestasi siswa tersebut menurut batas
lurus atau passing grade yang peneliti tetapkan sudah sesuai dengan harapan dan
mencapai target batasan keberhasilan. Untuk lebih jelasnya hasil belajar siswa
pada pelaksanaan siklus kedua dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut.ini:
NO
|
NAMA SISWA
|
NILAI
|
KET
|
1
|
Aang
Kunaevi
|
40
|
Data
awal
Tingkat keberhasilan
Nilai 60-100
16/34x100
|
2
|
Agung Firmansyah
|
70
|
|
3
|
Angraeni
|
80
|
|
4
|
Bambang Pamungkas
|
70
|
|
5
|
Bima Sakti
|
80
|
|
6
|
Citra Sulistia
|
80
|
|
7
|
Dini Aminarti
|
40
|
|
8
|
Doni Kusuma
|
80
|
|
9
|
Endah Pertiwi
|
100
|
|
10
|
Eti Suharti
|
90
|
|
11
|
Euis Kartika
|
70
|
|
12
|
Fatimah
|
70
|
|
13
|
Fachrul
|
70
|
|
14
|
Fitria safitri
|
80
|
|
15
|
Gayus tambalan
|
90
|
|
16
|
Gilang galing
|
100
|
|
17
|
Gugun gunawan
|
90
|
|
18
|
Hasanudin
|
80
|
|
19
|
Hilda hasanah
|
50
|
|
20
|
Ina sintia
|
70
|
|
21
|
Ira lesmana
|
90
|
|
22
|
Ismail
|
100
|
|
23
|
Jajang
|
80
|
|
24
|
Jejen
|
50
|
|
25
|
Karwan
|
70
|
|
26
|
Leni yani
|
80
|
|
27
|
Lukman Ependi
|
50
|
|
28
|
Markus horison
|
70
|
|
29
|
Maman abdul
|
70
|
|
30
|
Olivia
|
50
|
|
31
|
Sarah samita
|
50
|
|
32
|
Siti khodizah
|
90
|
|
33
|
Royadi
|
70
|
|
34
|
Vermansyah
|
80
|
|
JUMLAH
|
2510
|
||
RATA-RATA
|
73,8
|
Tabel 2.3 Nama dan nilai siwa siklus II
Observasi kegiatan Guru
Dalam Siklus Kedua
N0
|
KEGIATAN
|
4
|
3
|
2
|
1
|
1
|
Apresiasi
|
v
|
|
|
|
2
|
Penjelasn materi
|
|
v
|
|
|
3
|
Penjelasan metode
|
v
|
|
|
|
4
|
Teknik pembeajaran
|
v
|
|
|
|
5
|
Pengelolaan kelas
|
v
|
|
|
|
6
|
Pemberian pertanyaan atau kuis
|
v
|
|
|
|
7
|
Kemampuan melakukan evalusi
|
|
v
|
|
|
8
|
Melakukan penghargaan individu
|
v
|
|
|
|
9
|
Menentukan nilai individu
|
v
|
|
|
|
10
|
Menyimpulkan meteri pembelajaran
|
v
|
|
|
|
11
|
Menutup pembelajran
|
v
|
|
|
Tabel 3.2 Obsrvasi
kegiatan guru dalam siklus kedua
Peningkatan proses belajar
dilihat dari kegiatan guru mencapai 90,9%
Hasil observasi kegiatan siswa
setiap kelompok pada siklus kedua
NO
|
Kelompok
|
|
ket
|
||||||
|
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
|
1
|
I
|
B
|
B
|
C
|
B
|
B
|
B
|
B
|
|
2
|
II
|
B
|
B
|
B
|
B
|
B
|
B
|
C
|
|
3
|
III
|
B
|
B
|
B
|
B
|
B
|
B
|
B
|
|
4
|
IV
|
B
|
B
|
B
|
B
|
C
|
B
|
B
|
|
Tabel
4.1 Hasil observasi kegiatan siswa setiap kelompok pada siklus kedua
E. Saran
Perbaikan Siklus Kedua
Kemampuan siswa dalam menganalisis suatu
permasalahan melalui
A.
Pembahasan
Hasil Penelitian Secara Keseluruhan dan Respon Siswa
1. Pembahasaan
Hasil Penelitian Secara Keseluruhan
Dalam
penelitian ini pelaksanaan siklus tindakan di batasi sampai siklus kedua, hal
ini didasarkan atas pemerolehan hasil belajar siswa yang sudah relatif baik. Hasil
rangkaian tindakan kesatu sampai kedua menunjukan bahwa penerapan metode
diskusi terhadap pembelajaran IPA dapat meningkatkan kualitas proses, pemahaman
dan hasil belajar IPA.
Aplikasi
metode demontrasi ternyata mampu melatih siswa dapat bekerja mandiri, selain
itu dapat memberikan informasi secara utuh. Siswa dapat menghubungkan antra teori yang diperoleh sebelumnya
dengan kenyataan atau penerapan teori. Ini berarti siswa mamapu mengetahui
bagaimana kaitan antra konsep teori dan penggunaannya dalam kehidupan
sehari-hari.
Melalui
metode demontrasi guru dapat mendidik siswanya sehingga mereka menyadari
ternyata pelajaran IPA menyenangkan dan dapat berguna bagi kehidupan
sehar-hari. Selain itu dengan penerapan metode demontrasi dapat memberikan
tingkat pemahaman dan meningkatkan konsep yang cukup lama, karena mereka
menerima konsep secara langsung dan memecahkan sendiri. Sesuai dengan tahap
jiwa siswa yang masih senang bemain, kegiatan yang mengandung unsur permainan
ini senang tiasa menarik siswa karena merupakan suatu hal yang baru, tidak membosankan
berbeda dengan pembalajaran yang selalu dilakukan di dalam kelas yang terkesan
membosankan.
Tidak
saja penanaman konsep yang dapat terjadi, namun hal-hal lainpun yang positif
dapat tumbuh, misalnya bagaimana bekerja sama dalam kelompok, yang tidak
mementingkan diri sendiri, bergaul dengan sesama teman, bergotong royong dalam
hubungan social dan bagaimana belajar memecahkan masalah bersama-sama dalam
kelompok.
Siswa
akan terlatih pula bagaimana menghargai pendapat teman, dan bagaimana
mengemukakan pendapatannya sendiri. Hal ini dapat terjadi karena dalam kegiatan
observasi dan gotong royong terjadi kegiatan demontrasi, saat siswa
menyelesaikan tugas atau LKS yang diberikan guru pada tiap-tiap kelompok.
Melalui
dua siklus tindakan yaitu siklus kesatu
dan siklus kedua keterlibatan siswa secara fisik, emosional dan sosial dalam
proses pembelajaran baik secara klasiskal maupun individual terus mengalami
peningkatan. Ini berdasarkan hasil pengamatan secara langsung oleh peneliti
bekerjasama dengan rekan-rekan observer, maka untuk itu penilaian proses setiap
siklus dapat dilihat dengan tabel sebagai berikut ini :
Hasil Proses Pengamatan
Aktivitas Siswa Selama Proses Pembelajaran Secara Kumulatif Kegiatan Pada
Setiap Siklus
No
|
Aspek Yang Dinilai
|
Tindakan
|
Ket
|
|
Siklus I
|
Siklus II
|
|||
1
|
Aktivitas Beryanya
|
K
|
B
|
|
2
|
Keberanian Menjawab Pertanyaan
|
K
|
B
|
|
3
|
Tanggung jawab
|
K
|
C
|
|
4
|
Kerjasama dalam Kelompok
|
K
|
B
|
|
5
|
Antusiasme
|
K
|
B
|
|
6
|
Mengembangkan sikap toleransi
|
K
|
C
|
|
Tabel
5.1 hasil proses pengamatan
Pembalejaran
IPA dengan metode demontrasi dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa.
Hal ini terlihat dari pelaksanaan tindakan yaitu dari mulai siklus kasatu
sampai siklus kedua. Untuk lebih jelas dapat di lihat dari tabel berikut ini :
Tindakan
|
Materi Pembelajaran
|
Nilai Rata-rata
|
Peningkatan
|
Siklus I
|
Memelihara Kesehatan Tubuh
|
73,8
|
9,28
|
Siklus II
|
Kerjasama / Goyong Royong
|
83,08
|
|
Tabel
6.1 peningkatan hasil belajar
Selaian
itu peningkatan hasil belajar juga ditandai dengan semakin minimnya populasi
siswa yang mendapatkan nilai kurang dari 6 keatas mengalami peningkatan yang
cukup berarti. Berdasarkan batas lulus atau passing grade yang di tetapkan
peneliti dari kedua pembagian tadi dapat dilihat diagram batang berikut ini :
Tabel
8.1 peningkatan diagram batang
2. Respon siswa terhadap model pembelajaran berdasarkan masalah (Pbi) dalam
pembelajaran IPA
Untuk mengetahui sejauh mana tanggapan siswa terhadap
penerapan metode demontrasi, maka peneliti mengadakan polling/jajak pendapat
melalui angket yang hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
No
|
Pertanyaan
|
Jawabah/pendapat siswa
|
1
|
bagai mana pendapatmu materi yang sudah
disampaikan dengan Metode Demontrasi?
|
a.
Mudah (65%)
b.
Biasa-biasa saja (18%)
c.
Sangat sukar (3%)
d.
Gampang tapi susah (14%)
|
2
|
Bagaimana pendapatmu pembelajaran dengan
Metode Demontrasii
|
a.
Sangat senang (95%)
b.
Biasa-biasa saja (3%)
c.
Tidak senang (2%)
d.
Sangat tidak suka (0%)
|
3
|
Dengan Metode Demontrasi apa yang kamu
rasakan
|
a.
Semakin sulit (2%)
b.
Semakin mudah (93%)
c.
Semakin bingung (3%)
d.
Membosankan (2%)
|
4
|
Bagaimana sikap toleransi di anatra rekan atau
sekelompok ketika melakukan tugas kelompok
|
a.
Slaing menghormati (77%)
b.
Acuh tak acuh (3%)
c.
Bercanda (15%)
d.
Biasa saja (5%)
|
Tabel 7.1
tanggapan penerapan metode demontrasi
Dari hasil jajak di atas dapat peneliti simpulkan bahwa
perencanaan Metode Demontrasi terhadap pembelajaran IPA pada prinsipnya siswa
sangat tertarik.