Halaman

Sabtu, 24 Maret 2012

PTK TUGAS PAK TATANG TARYANA PGSD STKIP SUBANG



BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan budi pekerti ( karakter, kekuatan batin), pikiran (intellect) dan jasmani anak-anak selaras dengan alam dan masyarakatnya (Ki Hajar Dewantara : 1889 – 1959). Dalam Kamus Bahasa Indonesia, (1991:232) tentang Pengertian Pendidikan, yang berasal dari kata “didik”, Lalu kata ini mendapat awalan kata “me” sehingga menjadi “mendidik” artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntutan dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.
Menurut Undang – undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003, bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Dengan demikian, pendidikan seharusnya memberikan sebuah pengalaman yang membawa dampak perubahan positif baik lahir maupun batin melalui serangkaian kegiatan yang disesuaikan dengan tingkatan usia dengan mengedepankan proses pembelajaran yang efektif dan menyenangkan.
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar merupakan hal yang sangat penting untuk dipelajari siswa karena Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan konsep dan keterampilan.Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik utuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi. Keterampilan proses IPA memilki peran penting dalam perkembangan sikap ilmiah, dan intelektual pesrta didik. Melalui keterampilan proses siswa dapat membiasakan diri bersikap dan bekerja secara ilmiah yang pada akhirnya akan terbiasa dapat memecahkan permasalahan secara ilmiah.
Belajar IPA mutlak harus dilakukan peserta didik sejak dini, untuk membekali peserta didik dengan kemampuan, berfikir logis, analitis, sistematis, kritis, kerja ilmiah, bersikap ilmiah dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan, agar peserta didik dapat memilki kemampuan meneliti, memperoleh, mengelola, memanfaatkan informasi dan teknologi untuk bertahan hidup pada keadaanyang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.
Kenyataan dilapangan khususnya di SDN Sukapura III pada pembelajaran IPA kelas IV, proses pembelajaran belum maksimal sesuai dengan harapan kurikulum. Kondisi yang terjadi pada proses pembelajaran IPA antara lain :
1.    Konsentrasi siswa rendah
2.    Sebagian besar siswa tidak berani mengajukan pertanyaan,
3.    Hasil belajar siswa rendah
Kondisi tersebut terjadi akibat dari peran guru dalam pembelajaran masih bersifat konvensional, aktifitas pembelajaran masih didominasi baca, duduk, catat, hapal. Akibatnya hasil belajar sebagian peserta didik kelas IV dalam pembelajaran IPA belum dapat mendeskripsikan panca indera dan fungsinya sesuai dengan apa yang diharapkan.
Berdasarkan permasalahan diatas, saya mencoba menerapkan Model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) / Pembelajaran Berdasarkan Masalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA dikelas IV SDN Sukapura III Kecamatan Rawamerta Kabupaten Karawang.
B.   Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka ditemukan beberapa masalah, yaitu :
1.    Konsentrasi siswa rendah
2.    Sebagian besar siswa tidak berani mengajukan pertanyaan,
3.    Hasil belajar siswa rendah

C.   Batasan Masalah
Dengan teridentifikasi permasalahan tersebut di atas maka perbaikan pembelajaran akan kami fokuskan pada permasalahan yaitu hasil belajar siswa rendah
D.   Rumusan Masalah
Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka saya merumuskan masalah sebagai berikut :
1.    Bagaimanakah penerapan Model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) / Pembelajaran Berdasarkan Masalah dapat meningkatkan konsentrasi siswa pada mata pelajaran IPA dikelas IV SDN Sukapura III Kecamatan Rawamerta Kabupaten Karawang?
2.    Apakah penerapan Model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) / Pembelajaran Berdasarkan Masalah dapat meningkatkan siswa untuk berani bertanya pada mata pelajaran IPA dikelas IV SDN Sukapura III Kecamatan Rawamerta Kabupaten Karawang?
3.    Apakah penerapan Model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) / Pembelajaran Berdasarkan Masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA dikelas IV SDN Sukapura III Kecamatan Rawamerta Kabupaten Karawang?
E.   Tujuan dan Manfaat
      1.    Tujuan
a.    Meningkatkan kemampuan guru merencanakan pembelajaran penerapan pendekatan keterampilan proses untuk meningkatkan kemampuan siswa mendeskripsikan struktur panca indera dengan fungsinya.
b.    Meningkatkan kemampuan siswa mendeskripsikan struktur panca indera dengan fungsinya melalui penetapan pendekatan keterampilan proses.
c.    Meningkatkan kemampuan siswa mendeskripsikan struktur panca indera dengan fungsinya melalui penerapan pendekatan keterampilan proses.
F.    Manfaat Penelitian Pembelajaran
1.    Bagi Guru
a.    Manfaat penelitian ini bagi guru adalah menambah wawasan berpikir dan bertindak dalam mengatasi kesulitan menanamkan pemahaman, pengertian dan sikap terhadap siswa yang menemukan kesulitan dalam belajar
b.    Memperbaiki kinerja yang dianggap kurang optimal
c.    Merfleksi diri dalam peningkatan kinerja atas kelebihan dan kekurangan dalam pengelolaan pembelajaran
2.    Bagi Siswa
a.    Manfaat penelitian ini bagi siswa menambah wawasan berpikir, untuk meningkatkan kemampuan.
b.    Meningkatkan pola kerja sama, berkomunikasi secara ilmiah, meningkatkan kreativitas berfikir.
c.    Terbiasa menemukan pemecahan masalah secara sederhana dalam kehidupan sehari-hari.
3.    Bagi Sekolah
Manfaat bagi lembaga adalah sekolah dasar selain sebagai lembaga pendidikan juga merupakan lembaga penelitian yang senantiasa terus menerus melakukan inovasi/mengadakan perubahan kearah yang lebih dari hasil penelitian.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.   Hasil Belajar
Hasil belajar adalah adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajaranya (Sudjana, 1990:22). Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu :
1.    Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya, motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.
2.     Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, terutama kualitas pengajaran.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah Suatu kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh siswa setelah siswa tersebut mengalami aktivitas belajar.
B.   Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction)
Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction) menurut Jhon Dewey (dalam Sudjana 2001:19) adalah Interaksi antara stimulus dengan respons, merupakan hubungan antara dua arah belajar dengan lingkungan. Lingkungan memberi masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah sedangkan sistem saraf dan otak berfungsi menafsirkan bantuan itu dengan efektif sehingga yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis serta dicari pemecahan masalahnya dengan baik.
Problem-based instruction adalah model pembelajaran yang berlandaskan paham konstruktivistik yang mengakomodasi keterlibatan siswa dalam belajar dan pemecahan masalah otentik (Arends et al., 2001). Dalam pemerolehan informasi dan pengembangan pemahaman tentang topik-topik, siswa belajar bagaimana mengkonstruksi kerangka masalah, mengorganisasikan dan menginvestigasi masalah, mengumpulkan dan menganalisis data, menyusun fakta, mengkonstruksi argumentasi mengenai pemecahan masalah, bekerja secara individual atau kolaborasi dalam pemecahan masalah.
Peranan guru sebagai pembimbing dan negosiator. Peran-peran tersebut dapat ditampilkan secara lisan selama proses pendefinisian dan pengklarifikasian masalah.
Sarana pendukung model pembelajaran ini adalah lembaran kerja siswa, bahan ajar, panduan bahan ajar untuk siswa dan untuk guru, artikel, jurnal, kliping, peralatan demonstrasi atau eksperimen yang sesuai, model analogi, meja dan kursi yang mudah dimobilisasi atau ruangan kelas yang sudah ditata untuk itu.
Kelebihan:
a.    Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar-benar diserapnya dengan baik.
b.    Dilatih untuk dapat bekerjasama dengan siswa lain.
c.    Dapat memperoleh dari berbagai sumber.
Kekurangan:
a.    Untuk siswa yang malas, tujuan dari metode tersebut tidak dapat tercapai.
b.    Membutuhkan banyak waktu dan dana.
c.    Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini.
Adapun langkah-langkah dalam Model Problem Based Introduction (PBI) adalah sebagai berikut :
a.    Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pmecahan masalah yang dipilih
b.    Guru membantu siswa mendefenisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll)
c.    Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah
d.    Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai dengan laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya
e.    Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap pendidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
C.   Kerangka Berfikir
Hasil belajar adalah Suatu kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh siswa setelah siswa tersebut mengalami aktivitas belajar. Hasil belajar bisa meningkat apabila menggunakan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem based instruction).
Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem based instruction) adalah model pembelajaran yang memfokuskan proses/kegiatan pembelajaran berdasarkan pengalaman langsung dengan masalah melalui keterlibatan siswa.
Berdasarkan kerangka berfikir tersebut diatas, diduga Model Pembelajaran berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA di kelas IV SDN Sukapura III Kecamatan Rawamerta Kabupaten Karawang.
D.   Hipotesis Tindakan
Proses pembelajaran pada mata pelajaran IPA dikelas IV apabila menggunakan model Pembelajaran berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction) diduga dapat meningkatkan hasil belajar siswa, karena Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Pbi) mendahulukan prinsip belajar aktif, menyenangkan dan akan menggali kemampuan siswa melalui pengalaman langsung dalam memecahkan permasalahan yang ada. Sehingga Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Pbi) akan mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV di SDN Sukapura III Kecamatan Rawamerta Kabupaten Karawang.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.   Setting Penelitian
1.    Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2012, karena pada bulan tersebut sesuai dengan materi yang diteliti.
2.    Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Sukapura III Kecamatan Rawamerta kabupaten Karawang.
B.   Subjek Penelitian
Subjek penelitian pada penelitian tindakan kelas ini adalah seluruh siswa kelas IV yang berjumlah 28 orang siswa terdiri dari 13 orang siswa laki – laki dan 15 orang siswa perempuan. Data siswa yang diambil berupa tes hasil belajar, keaktifan siswa dan interaksi antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran.
C.   Sumber Data
Sumber data yang diambil adalah seluruh siswa kelas IV SDN Sukapura III Kecamatan Rawamerta Kabupaten Karawang.

D.   Teknik dan alat pengumpulan data
1.    Teknik pengumpulan data
Teknik yang dilaksanakan dalam pengumpulan data dilakukan dengan cara :
 -       Tes
-       Observasi
2.    Alat pengumpulan data
Alat yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu :
-       lembaran kerja siswa
-       bahan ajar
-       panduan bahan ajar untuk siswa dan untuk guru
-       artikel
-       kliping
-       peralatan demonstrasi atau eksperimen yang sesuai
E.   Validitas Data
1.    Untuk memperoleh data dari hasil belajar siswa yang absah (valid) proses mpembelajaran dilakukan dengan menggunakan metode penelitian, diskusi kelompok dan tanya jawab dengan menitik beratkan pada kreatifitas siswa dalam pemecahan sebuah masalah.
2.    Untuk memperoleh data yang valid diperlukan adanya instrument test yang memuat soal untuk mengukur penguasaan siswa dalam mendeskripsikan struktur panca indera dengan fungsinya.
F.    Analisis Data
1.    Hasil belajar siswa dianalisa dengan analisa Deskriptif Komperatif yaitu dengan membandingkan nilai test antar siklus dengan indikator kinerja.
2.    Hasil observasi dianalisa dengan analisis Deskriptif.
G.   Indikator Kinerja
Dalam penelitian ini indikator kinerja berupa nilai rata - rata naik dari 60,25 menjadi 70,00.
H.   Prosedur Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan melalui tiga siklus secara berkelanjutan. Setiap siklus dilakukan perencanaan, pelaksanaan, refleksi dan evaluasi untuk mengetahui efektifitas tindakan. 

BAB IV
HAIL PENELITIAN

            Selanjutnya pada bab ini, peneliti akan membahas enam permasalahan pokok yaitu A mambahas gambaran umum SD sasaran meliputi : (1) faktor peserta didik; (2) factor pendidik (3) faktor sumber balajar ; (4) faktor fasilitas ; (5) factor media pembelajaran (6) sikap kepala sekolah dan guru bagian B, kondisi awal pembalajaran C, membahas pelaksanaan tindakan pertama dan kedua. Sedangkan D, membahas hasil penelitian dan persepsi siswa terhadap penerapan metode diskusi dalam pembelajaran
A.   Gambaran Umum SDN Sukapura III  Kecamatan Rawamerta  Kabupaten Karawang
1.    Faktor peserta dididk
Gambaran umum karakteristik siswa dipokuskan kepada tiga hal yaitu: jenis kelamin,l kondisi siswa berdasrkan kecerdasan dan keseriusan siswa dalam mengikuti pelejaran . ketiga hal di atas mempunyai kerkaitan  dalam mencapi suatu keberhasilan pembelajaran
Jumlah peseta didik kelas IV SDN Sukapura III adalah 32 orang, terdiri dari 19 siswa laki-laki 15 siswa perempuan  dapat dilihat pada tabel berikut :

Keadaan siswa  kelas V SDN Sukapura III
No
Jenis Kelamin
Jumlah
Prosentase
Ket
1
Laki-laki
19
44%

2
perempuan
15
56%

jumlah
34
100%

Tabel 1.1 Keadaan siswa  kelas V SDN Sukapura III
Kondisi siswa berdasarkan kecerdasan atau peringkat
No
Kelompok
Jumlah
Prosentase
Ket
1
Pandai
10
%

2
sedang
10
%

3
kurang
14
%

jumlah
34
100%

Tabel 1.2 Kondisi siswa berdasarkan kecerdasan atau peringkat

Keadaan siswa menurut tabel di atas menunjukan bahwa kondisi siswa sangat jauh dari harapan atau kondisi ideal dalam pencapaian kumulatif fassing grade keberhasialan belajar. Dari pesrta didik itu terdapat  14 siswa (40%) yang tergolong lambat atau kurang.



Kondisi siwa dalam keseriusan dalam mengikutu pelajaran:
No
Jenis Kelamin
Jumlah
Prosentase
Ket
1
Serius
10


2
Tidak serius
24


jumlah
34
100%

Tabel 1.3 Kondisi siwa dalam keseriusan dalam mengikutu pelajaran
Berdasarkan pengamatan penelitian di hasilkan 22 siswa (71%) tidak mengikuti pembelajaran dengan sungguh-sungguh. Hal ini di sebabkan oleh (1) tidak dapat berkonsentrasi penuh dalam menerima pelajaran (2) mencari perhatian guru dan teman (3) masih sering bermain dan ngobrol (4) kadang kala sering di ganggu teman nya (5) menganggap enteng pelajran. Faktor lain mungkin karena guru kuranng menguasai sepenuhnya materi sehingga terpaku kepada buku latihan dalam pengetesan soal-soal sehingga pola pikir anak cenderung parsial dan tidak berkembang.
Keterlibatan dan aktivitas peserta didik masih kurang terbina dengan baik,seperti masih banyak peserta didik yang ribut, menjawab asal bunyi, menjawab pertanyaan secara serentak namun semauanya  masih dapat di arahkan dengan nasehat dan contoh serta pengertian guru. secara umum peserta didik dapat memanfaatkan waktu belajar dengan baik mesipun terkadang ribut, tetapi masih dalam batas yang wajar.
2.    Faktor Pendidik
Guru kelas VI dalam hal ini juga berperan sebagai peneliti, selain sebagai guru kelas yang berlatar belakang SMA  (2000) dan D2 PGSD (2003) dan S1 PGSD UPI Bandung (2009) peneliti mulai mengajar tahun 2000 sampai sekarang. Selama bertugas peneliti mengaplikasikan semua pengalaman dan keilmuan yang di peroleh di bangku kuliah termasuk penerapan metode demontrasi dalam pembelajaran IPA dengan alasan seperti yang sudah di jelaskan pada bab-bab sebelumnya.
Dengan demikian peneliti sekaligus guru kelas dapat memahami apa yang terjadi dalam pembelajaran IPA khususnya kesulitan-kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal  dan penerapan IPA.
Pengajaran melalui metoda demontrasi mengiring siswa ke arah pemahaman yang sebenernya, dengan membawa siswa ke suatu medan yang  sebernarnya mungkin siswa dapat menemukan pemacahan dan berdampak pada penguasaan masalah atau materi. Dengan penerapan metode demontrasi dapat terhindar dari pemahaman dangkal dan verbalisme, sebaikbnya siswa dapat belajar penuh  antusias dan menyenangi pelajaran IPA sehingga tidak terasa membosankan.
3.    Faktor Sumber Belajar
Keterbatasan sumber belajar terutama buku yang sering digunakan adalah buku IPA SD karangan Asy’ari,dkk, yang diterbitkan oleh PT Erlangga,Surati dan Eko Setiawan S, penerbit departemen pendidikan Nasional dan LKS sanggih. Buku tersebut di ajukan untuk dimiliki oleh setiap peserta didik dengan maksud untuk memudahkan dalam pemberian tugas. Sedangkan buku-buku lain juga di jadikan tambahan dalam mengembangkan materi pembelajaran.
Peneliti sekaligus guru kelas menyadari bahwa penggunaan sumber belajar berkaitan dengan kontens, masih sangat terbatas. Mengingat pada umumnya buku-buku tersebut tidak membuat soal-soal yang mengandung masalah, sehingga guru kelas harus mencari sendiri dari kumpulan soal atau menyun sendiri yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Hal ini merupakan kendala yang perlu dicarikan jalan keluarnya.
4.    Faktor Fasiltas Sekolah
Pada umumnya fasilitas yang tersedia untuk berlangsungnya proses pembelajarandalam kondisi sekarang dengan jumlah siswa yang semakin meningkat sudah kurang ,memadai untuk proses pembelajaran yang ideal
SDN Sukapura III  berada di perumahan sandang dengan local tujuh local kelas yang seharus nya lebih dari sepuluh local kelas karena SDN Rawamerta  memiliki dua belas rombongan belajar, dengan kurangnya gedung menjadikan proses pembelajaran di SDN Sukapura III  kurarang optimal sebagai mana layak pembelajarannya dalam arti sebernaya
5.    Faktor Media Pembelajaran
Media pembelajaran yang tersedia dalam pembelajran IPA kelas sasaran penelitian  sangat terbatas, bahkan belum ada media secara khusus dapat menunjanng proses pembelajaran, terutama yang bersangkutan dengan pembelajaran IPA. Dengan kenyataan ini peneliti sebagai guru kelas berusaha semaksimal mungkin untuk dapat menyampaikan materi dengan harapan hasil baik, dengan salah satu jalan mencoba menerapkan metode demontrasi sebagai solusi dalam pengkajian mpermasalahan pembalajaran di atas.
6.    Sikap Kepala Sekolah dan Guru
Sikap pihak sekolah hal ini kepala sekolah dan rekan guru sangat mendukung pelaksanaan penelitian ini. Mereka proaktif dalam membatu dan memfasilitasi mulai dari tahap perencanaan sampai pada tahap akhir penelitian. Disamping itu penelitian ini disarankan banyak membantu dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, studi komperatif, memberi motifasi kepada guru untuk melanjutkan studi, pendidikan dan pelatihan yang ada kaitannya mutu pembelajaran di SDN SukapuraIII Kecamatan Rawamerta Kabupaten Karawang. 
B.   Kondisi Awal Pembelajaran 
Dalam hasil belajar siswa pada kondisi  awal pembelajaran IPA tentang organ tubuh manusia dilaksanakan pada :
NO
NAMA SISWA
NILAI
KET
1
Aang   Kunaevi
40
Data awal
Tingkat keberhasilan
Nilai 60-100
16/34x100
2
Agung Firmansyah
60
3
Angraeni
60
4
Bambang Pamungkas
50
5
Bima Sakti
60
6
Citra Sulistia
70
7
Dini Aminarti
30
8
Doni Kusuma
50
9
Endah Pertiwi
80
10
Eti Suharti
70
11
Euis Kartika
30
12
Fatimah
50
13
Fachrul
50
14
Fitria safitri
60
15
Gayus tambalan
70
16
Gilang galing
80
17
Gugun gunawan
60
18
Hasanudin
60
19
Hilda hasanah
50
20
Ina sintia
50
21
Ira lesmana
70
22
Ismail
100
23
Jajang
50
24
Jejen
30
25
Karwan
50
26
Leni yani
50
27
Lukman Ependi
50
28
Markus horison
60
29
Maman abdul
50
30
Olivia
50
31
Sarah samita
40
32
Siti khodizah
70
33
Royadi
60
34
Vermansyah
50

JUMLAH
1910

RATA-RATA
56,2
Tabel 2.1 Nama dan nilai siwa 1
hasil pemerolehan di atas menunjukan betapa rendahnya kemampuan siswa dalam menerima materi pelajaran IPA pada Khususnya dan materi lain pada umumnya . berdasarkan hasil analisis pada tehadap jawaban siswa dapat di simpulkan sebagai berikut
1.    Siswa kurang konsentrasi dalam mengikuti pembelajaran
2.    Siswa malu bertanaya dalam memahami materi
Dari hasil tersebut  di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pada umumnya focus utama kurang berhasil siswa dalam belajar adalah kurang keterkaitan siswa dalam belajar IPA. Oleh karena itu penulis menerapkan metode demontrasi dengan harapan dapat meningkatkan  minat kretivitas siswa dalam pembelajaran IPA.
C.  Penerapan Pendekatan Kontekstual Dalam Pembelajaran IPA
1.    Pelaksanaan Siklus Kesatu
a.    Perencanaan
Kegiatan perencaan diawali dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut: 1) merumuskan tujuan; 2) menentukan konsep yang akan di gunakan 3) Membagi kelompok.
1)    Perumusan masalah atau tujuan yang hendak di capai
Ada beberapa kegiatan yang dilakukan peneliti pada tahap ini, yaitu (1) menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), (2) menyampaikan bahan pembelajaran,(3) menyampaikan media pembelajaran yang diperlukan yang berupa contoh patung manusia, (4) menyampaikan instrumen penelitian yang di perlukan untuk melakukan penelitian tindakan kelas.instrumen penelitian yang yang perlu disiapkan yaitu kuesioner untuk siswa sebelum pelaksanaan penelitian , lembar observasi guru oleh kolabulator,daftar pertanyaan wawancara untuk siswa serta kuesiner untuk siswa setelah peleksaan pembelajaran pada siklus 1. Instrumen pengambilan data yang berupa rencana pelaksanna pembelajran(RPP) sudah tersedia dengan baik. Instrumen lain yang berupa media pembelajran untuk mempermudah pemehaman siswa terhadap materi pembelajara yang disampaikan guru sudah tersedia. Selain itu lembar observasi hasil kerja siswa, pedoman penilaian, kesesuaian penilaian dengan unsur yang dinialai dan dokumentasi semua sudah tersedia dan siap dimaanfaatkan oleh guru sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan. Guru diharapkan memperoleh data secara optimal dengan menggunakan instrumen tersebut.
b.    Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan pembelajaran siklus pertama dilaksanakan hari rabu, tanggal 11 februari 2012 . pembelajran dimulai dengan mengajak siswa bernyanyi dan mengajak apresisai dan memberiakna pertanyaan yang mengarah pada organ tubuh manusia  yang berdasarkan pengalam siswa , yaitu guru mempertanyakan : bagai mana ciri tubuh yang sehat.? Apa yang harus dilakuan agar tubuh kita sehat ? apa akibat dari tubuh yang tidak sehat ? dari pertanyaan tersebut banyak antusias siswa yang menjawab dan ada juga yang bingung untuk memberiakan jawabannya. Seterusnya siswa diberiakn kesempatan untuk bertanya dan memberikan tanggapan. Setelah itu siswa diberikan tugas secra kelompok untuk menentukan konsep atau masalah yang akan dipecahkan oleh siswa secara kelompok. Pembetukan kelompok ditentukan dengan jumlah siswa setiap kelompok terdiri 8 orang, siswa laki-laki dan peremuan disatukan  jadi dari jumlah 34 orang terbentuk 4 kelompok, setiap kelompok diberikan kesempatan menetukan mana kelompoknya dengan di undi terlabih dahulu, nama  kelompok di beri nama sesuai dengan organ tubuh yang ada dalam materi, masing-masing kelompok di beri LKS sebagai acuan pemecahan masalah. Siswa melakukan diskusi kelompok.  Masing-masing kelompok melaporkan hasil diskusi di depan kelas.
c.    Obsrevasi
Observasi yang dilakukan terdiri dari dua hal yaitu observasi kegiantan guru dalam melaksanakan pembelajaran yang dilakukan oleh teman sejawat secra kolaboratif, dan observasi kegiatan siswa yang dilakan guru sebagai peneliti. Observsi dilaksanakan dengan berpedoman terhadap lembar observasi yang telah disiapkan sebelumnya.
Observasi atau pengamatan di arahkan kepada upaya mengetahui sejauh mana fartisifasi dan motivasi siswa dalam pembelajaran IPA dan penerapan tentang teori yang sudah di dapatnya.
Sedangkan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan dilaksanakan penilaian  atau evaluasi pada saat proses dan pada akhir pembelajaran berupa penilaian hasil kerja kelompok dan menjawab item-item soal post test (terlampir).
d.    Repleksi Siklus Pertama
Berdasarkan hasil observasi pada proses pembelajran siklus pertama, pelaksanaan kerja kelompok dan penerapan metode diskusi belum dapat berjalan secara optimal. Hal ini terlihat dalam pengerjaan Lember Kerja Siswa (LKS) Masih ada kelompok yang bekerja secara individual, ada yang pasif dan ada yang ,main-main. Hal ini menunjukan belum tentram rasa keingintahuan atau antusiasme siwa dan belum tentramnya sifat kerja sama antar anggota kelompok.
Sedangkan dari hasil analisis evakuasi akhir pada siklus pertama menunjukan bahwa pemahaman siswa tentang apa yang harus dilakukan  di tempat observasi. Hal ini di sebabkan siswa kurangserius dalam mengikuti pembelajaran.
Nilai hasil belajar siwa siklus pertama
NO
NAMA SISWA
NILAI
KET
1
Aang   Kunaevi
70
 Data awal
Tingkat keberhasilan
Nilai 60-100
16/34x100
2
Agung Firmansyah
100
3
Angraeni
80
4
Bambang Pamungkas
75
5
Bima Sakti
80
6
Citra Sulistia
80
7
Dini Aminarti
70
8
Doni Kusuma
90
9
Endah Pertiwi
100
10
Eti Suharti
80
11
Euis Kartika
80
12
Fatimah
80
13
Fachrul
70
14
Fitria safitri
80
15
Gayus tambalan
100
16
Gilang galing
100
17
Gugun gunawan
90
18
Hasanudin
90
19
Hilda hasanah
70
20
Ina sintia
80
21
Ira lesmana
90
22
Ismail
100
23
Jajang
80
24
Jejen
70
25
Karwan
80
26
Leni yani
90
27
Lukman Ependi
70
28
Markus horison
80
29
Maman abdul
80
30
Olivia
75
31
Sarah samita
80
32
Siti khodizah
100
33
Royadi
80
34
Vermansyah
85

JUMLAH
2825

RATA-RATA
83,088
            Tabel 2.2 Nama dan nilai siwa siklus pertama
Obsrvasi kegiatan guru dalam siklus kesatu
N0
KEGIATAN
4
3
2
1
1
Apresiasi

v


2
Penjelasn materi

v


3
Penjelasan metode

v


4
Teknik pembeajaran
v



5
Pengelolaan kelas
v



6
Pemberian pertanyaan atau kuis

v


7
Kemampuan melakukan evalusi

v


8
Melakukan penghargaan individu

v


9
Menentukan nilai individu

v


10
Menyimpulkan meteri pembelajaran


v

11
Menutup pembelajran

v


Tabel 3.1 Obsrvasi kegiatan guru dalam siklus kesatu
Peningkatan mencapai 77,27 %
e.    Saran perbaikan siklus pertama
Mengacu pada hasil temuan pada siklus pertama ini, langkah selanjutnya adalah melakukan revisi untuk meminimalisir kekurangan-kekurangan yang ada. Oleh karena itu revisi yang harus dilakukan pada siklus kedua antara lain : (1) menjelas tugas yang harus dilakukan siswa ketika melakukan diskusi (2) mengarahkan siswa dalam pelaksanaan penggunaan LKS dalam kegiatan pemecahan masalah (3) memberikan pengertian kepada siswa tentang makna belajar secara kelompok (4) memberikan arahan tentang pentingnya kerja kelompok dan mengadakan perbaikan dalam pembentukan kelompok.
1.    Pelaksanaan siklus kedua
A.   Perencanaan
Dalam tahap perencaan siklus kedua di awali dengan merumuskan beberapa permasalahan dan mengubah anggota kolompok. Berdasarkan hasil analisis, refleksi dan perbaikan pembelajaran di siklus kesatu yang harus diperhatikan oleh siswa antara lain :
1.    Memahami bagai mana cara  menjaga tubuh agar organ tubuh tetap sehat
2.    Mengidentifikasi ciri tubuh yang sehat dan ciri yang tidak sehat
3.    Mengarahkan siswa dalam pelaksanaan diskusi
4.    Memberikan arahan tentang pentingnya meneliti
5.    Memahami penerapan teori yang didapat dalam kehidupan yang sebenarnya
B.   Pelaksaan tindakan siklus kedua
Pelaksaan siklus kedua dilaksanakan hari kamis tanggal 20 januari tahun 2012. Tahap pelaksaan siklus kedua ini sama seperti siklus sebelumnya mengajak siswa untuk bernyanyi namun tidak hanya dengan menyanyi tapi juyga dengan gerakan atau senam dan dilanjutkan dengan apresiasi dengan mengajukan beberapa pertanyaan seperti : bagai mana cara menjaga tubuh yang sehat ? apakah kalian tahu apa arti kerjasama? Apa saja manfaat dari kerjasama ? dari pertanyaan tersebut  siswa antusias menjawab dan ada juga yang kebingungan untuk melanturkan pertanyaan.
Dan selanjutnya siswa di berikan kesempatan untuk bertanya selanjutnya guru menjelaskan kompetensi yang harus di capai siswa dalam pembelajaran tentang kerjasama. Siswa di bagi kelompok menjadi 4 orang dalam satu kelompok dan setiap kelompok di bagi tugas untuk melakukan kegiatan kerjasama atau gotong royong sperti kelompok 1. Membersihkan ruang kelas tiga kelompok, 2. Membersihkan halaman dapan kelas tiga,, kelompok 3 halaman sekolah dan kelompok 4. Membersihkan halaman kantin sekolah. Setelah melakukan kerja sama siswa mendiskusikan manfaat kerja sama.
C.   Observasi
Observasi atau pengamatan pada pelaksanaan siklus kedua ini seperti pada siklus sebelumnya dilaksanakan secara kolaboratif antara guru atau peneliti dan observer yang terdiri atas dua orang. Pengamatan ini diarahkan peneliti dan subjek penelitian. Hasilnya dinyatakan bahwa peneliti telah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana yang ditetapkan. Selain itu berusaha menciptakan suasan apembelajaran yang kondusif.
Sedangkan pengamatan terhadap subjek penelitian dinyatakan bahwa peserta didik sudah menempatkan antusiasme dan motivasi yang tinggi. Hal ini tampak dari keberanian untuk bertanya dan  mengemukakan pendapat baik terhapap guru maupun siswa lainnya.
Sedangkan untuk mengetahui tinggkat pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan diadakan penilaian atau evaluasi pada saat proses dan pada akhir pembelajaran berupa penilaian hasil kerja kelompok dan jawaban item-item  post test (terlampir). Pada evaluasi ini siswa serius dalam mengerjakaan soal-soal yang di berikan.
D.   Refleksi Siklus Kedua
Berdasarkan hasil analisis pekerjaan siswa pada siklus kedua ini, pada umumnya hasil belajar yang di peroleh siswa menunjukan adanya peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini dapat kita bandingkan dari skor post test pada siklus kesatu, sedangkan post test  kedua.
Hasil prestasi siswa tersebut menurut batas lurus atau passing grade yang peneliti tetapkan sudah sesuai dengan harapan dan mencapai target batasan keberhasilan. Untuk lebih jelasnya hasil belajar siswa pada pelaksanaan siklus kedua dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut.ini:
NO
NAMA SISWA
NILAI
KET
1
Aang   Kunaevi
40
 Data awal
Tingkat keberhasilan
Nilai 60-100
16/34x100
2
Agung Firmansyah
70
3
Angraeni
80
4
Bambang Pamungkas
70
5
Bima Sakti
80
6
Citra Sulistia
80
7
Dini Aminarti
40
8
Doni Kusuma
80
9
Endah Pertiwi
100
10
Eti Suharti
90
11
Euis Kartika
70
12
Fatimah
70
13
Fachrul
70
14
Fitria safitri
80
15
Gayus tambalan
90
16
Gilang galing
100
17
Gugun gunawan
90
18
Hasanudin
80
19
Hilda hasanah
50
20
Ina sintia
70
21
Ira lesmana
90
22
Ismail
100
23
Jajang
80
24
Jejen
50
25
Karwan
70
26
Leni yani
80
27
Lukman Ependi
50
28
Markus horison
70
29
Maman abdul
70
30
Olivia
50
31
Sarah samita
50
32
Siti khodizah
90
33
Royadi
70
34
Vermansyah
80

JUMLAH
2510

RATA-RATA
73,8
                                    Tabel 2.3 Nama dan nilai siwa siklus II
                     Observasi kegiatan Guru Dalam Siklus Kedua
N0
KEGIATAN
4
3
2
1
1
Apresiasi
 v



2
 Penjelasn materi

v


3
 Penjelasan metode
 v



4
 Teknik pembeajaran



5
 Pengelolaan kelas



6
 Pemberian pertanyaan atau kuis
 v



7
 Kemampuan melakukan evalusi

v


8
 Melakukan penghargaan individu
 v



9
 Menentukan nilai individu
 



10
 Menyimpulkan meteri pembelajaran



11
 Menutup pembelajran
 v



Tabel 3.2 Obsrvasi kegiatan guru dalam siklus kedua
Peningkatan proses belajar dilihat dari kegiatan guru mencapai 90,9%

            Hasil observasi kegiatan siswa setiap kelompok pada siklus kedua
NO
Kelompok

ket


1
2
3
4
5
6
7

1
I
B
B
C
B
B
B
B

2
II
B
B
B
B
B
B
C

3
III
B
B
B
B
B
B
B

4
IV
B
B
B
B
C
B
B

            Tabel 4.1 Hasil observasi kegiatan siswa setiap kelompok pada siklus kedua
E.   Saran Perbaikan Siklus Kedua
Kemampuan siswa dalam menganalisis suatu permasalahan melalui
A.   Pembahasan Hasil Penelitian Secara Keseluruhan dan Respon Siswa
1.    Pembahasaan Hasil Penelitian  Secara Keseluruhan
Dalam penelitian ini pelaksanaan siklus tindakan di batasi sampai siklus kedua, hal ini didasarkan atas pemerolehan hasil belajar siswa yang sudah relatif baik. Hasil rangkaian tindakan kesatu sampai kedua menunjukan bahwa penerapan metode diskusi terhadap pembelajaran IPA dapat meningkatkan kualitas proses, pemahaman dan hasil belajar IPA.
Aplikasi metode demontrasi ternyata mampu melatih siswa dapat bekerja mandiri, selain itu dapat memberikan informasi secara utuh. Siswa dapat  menghubungkan antra teori yang diperoleh sebelumnya dengan kenyataan atau penerapan teori. Ini berarti siswa mamapu mengetahui bagaimana kaitan antra konsep teori dan penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari.
Melalui metode demontrasi guru dapat mendidik siswanya sehingga mereka menyadari ternyata pelajaran IPA menyenangkan dan dapat berguna bagi kehidupan sehar-hari. Selain itu dengan penerapan metode demontrasi dapat memberikan tingkat pemahaman dan meningkatkan konsep yang cukup lama, karena mereka menerima konsep secara langsung dan memecahkan sendiri. Sesuai dengan tahap jiwa siswa yang masih senang bemain, kegiatan yang mengandung unsur permainan ini senang tiasa menarik siswa karena merupakan suatu hal yang baru, tidak membosankan berbeda dengan pembalajaran yang selalu dilakukan di dalam kelas yang terkesan membosankan.
Tidak saja penanaman konsep yang dapat terjadi, namun hal-hal lainpun yang positif dapat tumbuh, misalnya bagaimana bekerja sama dalam kelompok, yang tidak mementingkan diri sendiri, bergaul dengan sesama teman, bergotong royong dalam hubungan social dan bagaimana belajar memecahkan masalah bersama-sama dalam kelompok.
Siswa akan terlatih pula bagaimana menghargai pendapat teman, dan bagaimana mengemukakan pendapatannya sendiri. Hal ini dapat terjadi karena dalam kegiatan observasi dan gotong royong terjadi kegiatan demontrasi, saat siswa menyelesaikan tugas atau LKS yang diberikan guru pada tiap-tiap kelompok.
Melalui dua siklus tindakan  yaitu siklus kesatu dan siklus kedua keterlibatan siswa secara fisik, emosional dan sosial dalam proses pembelajaran baik secara klasiskal maupun individual terus mengalami peningkatan. Ini berdasarkan hasil pengamatan secara langsung oleh peneliti bekerjasama dengan rekan-rekan observer, maka untuk itu penilaian proses setiap siklus dapat dilihat dengan tabel sebagai berikut ini :
Hasil Proses Pengamatan Aktivitas Siswa Selama Proses Pembelajaran Secara Kumulatif Kegiatan Pada Setiap Siklus
No
Aspek Yang Dinilai
Tindakan
Ket
Siklus I
Siklus II
1
Aktivitas Beryanya
K
B

2
Keberanian Menjawab Pertanyaan
K
B

3
Tanggung jawab
K
C

4
Kerjasama dalam Kelompok
K
B

5
Antusiasme
K
B

6
Mengembangkan sikap toleransi
K
C

Tabel 5.1 hasil proses pengamatan
Pembalejaran IPA dengan metode demontrasi dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa. Hal ini terlihat dari pelaksanaan tindakan yaitu dari mulai siklus kasatu sampai siklus kedua. Untuk lebih jelas dapat di lihat dari tabel berikut ini :
Tindakan
Materi Pembelajaran
Nilai Rata-rata
Peningkatan
Siklus I
Memelihara Kesehatan Tubuh
73,8
9,28
Siklus II
Kerjasama / Goyong Royong
83,08

Tabel 6.1 peningkatan hasil belajar
Selaian itu peningkatan hasil belajar juga ditandai dengan semakin minimnya populasi siswa yang mendapatkan nilai kurang dari 6 keatas mengalami peningkatan yang cukup berarti. Berdasarkan batas lulus atau passing grade yang di tetapkan peneliti dari kedua pembagian tadi dapat dilihat diagram batang berikut ini :

Tabel 8.1 peningkatan diagram batang
2.    Respon siswa terhadap model pembelajaran berdasarkan  masalah (Pbi) dalam pembelajaran IPA
Untuk mengetahui sejauh mana tanggapan siswa terhadap penerapan metode demontrasi, maka peneliti mengadakan polling/jajak pendapat melalui angket yang hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
No
Pertanyaan
Jawabah/pendapat siswa
1
bagai mana pendapatmu materi yang sudah disampaikan dengan Metode Demontrasi?
a.    Mudah (65%)
b.    Biasa-biasa saja (18%)
c.    Sangat sukar (3%)
d.    Gampang tapi susah (14%)
2
 Bagaimana pendapatmu pembelajaran dengan Metode Demontrasii
a.    Sangat senang (95%)
b.    Biasa-biasa saja (3%)
c.    Tidak senang (2%)
d.    Sangat tidak suka (0%)
3
 Dengan Metode Demontrasi apa yang kamu rasakan
a.    Semakin sulit (2%)
b.    Semakin mudah (93%)
c.    Semakin bingung (3%)
d.    Membosankan (2%)
4
Bagaimana sikap toleransi di anatra rekan atau sekelompok ketika melakukan tugas kelompok
a.    Slaing menghormati (77%)
b.    Acuh tak acuh (3%)
c.    Bercanda (15%)
d.    Biasa saja (5%) 
Tabel 7.1 tanggapan penerapan metode demontrasi
Dari hasil jajak di atas dapat peneliti simpulkan bahwa perencanaan Metode Demontrasi terhadap pembelajaran IPA pada prinsipnya siswa sangat tertarik.